Camat Rampi adalah Pejabat
Lingkup Pemkab Lutra yang Pertama Kali Memfalitasi Ambulance untuk Membawa
Jenazah Warga Rampi ke Sulteng
LUTRA, Tabloid SAR – Sudah
jatuh ketimpa tangga pula, mungkin itulah sepenggal pepatah lama yang dapat
menggambarkan kisah pilu, Helon Towimba ketika istri tercintanya, Renti Wuhi
menghembuskan nafas terkahirnya di RSUD Andi Djemma Masamba, Kabupaten Luwu
Utara (Lutra), Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (7/2/2019) siang sekitar pukul
11.30 WITA.
Pasalnya
warga Desa Tedeboe, Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra ini, harus berupaya keras agar
bisa membawa pulang jenazah almarhuma Renti Wuhi yang masih berada di RSUD Andi
Djemma Masamba setelah meninggal dunia.
Sebab
warga dari daerah terpencil di Kabupaten Lutra tersebut, bersama sanak
keluarganya terpaksa harus berjalan kaki sejauh 60 Km sembari memikul tandu jenazah
almarhuma Renti Wuhi ke kampung halamannya di Desa Tedeboe, Kecamatan Rampi untuk
dimakamkan secara layak.
Karena
belum ada akses jalan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lutra
untuk dilalui kendaraan roda empat kedaerah tempat tinggal mereka. Sehingga
jenazah almahuma Renti Wuhi harus ditandu puluhan kilometer oleh keluarganya melalui
wilayah pegunungan dan bukit-bukit hutan belantara yang berjurang terjal agar
dapat dimakamkan di kampung tempat kelahirannya bersama para leluhurnya.
Naifnya
peristiwa miris seperti ini bukan baru pertama kalinya menimpa masyarakat
Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra. Sudah belasan warga Rampi yang meninggal dunia
di RSUD Andi Djemma Masamba ketika dirujuk dari Puskesmas Rampi, mengalami hal
serupa.
BACA JUGA : Pamflet KAHMI dan HMI Dukung Jokowi Beredar di Medsos, Akbar Tandjung Lakukan Klarifikasi
Kejadian
demikian harus berulang kali dialami oleh warga dari daerah terisolir tersebut,
sebab akses jalan darat yang menghubungkan Kecamatan Rampi dengan Kecamatan
Masamba Ibukota Kabupaten Lutra, baru sekitar belasan kilometer dibangun oleh
Pemkab Lutra. Sementara jarak antara kedua kecamatan itu sekitar 90 Km.
Selama
ini warga Kecamatan Rampi yang hendak menuju Kecamatan Masamba Ibukota
Kabupaten Lutra, hanya dapat mengandalkan kendaraan ojek roda dua (sepeda
motor) yang telah dimodifikasi sesuai medan jalan extrim sebagai sarana
transportasi alternatif dengan tarif biaya ratusan ribu rupiah.
Sementara
kendaraan ojek roda dua yang merupakan transportasi andalan warga Rampi, tidak
bisa melayani jasa pengangkutan jenazah. Apa lagi rute akses jalan darat menuju
daerah pengunungan yang berada diatas ketinggian 1.000 mpdl tersebut, sangat
extrim. Medan jalannya berbukit-bukit dengan tanjakan dan penurunan terjal,
serta sempit dan berkubang lumpur.
Kendati
demikian, sebenarnya pemerintah telah berupaya membangun Bandara Rampi di Ibukota
Kecamatan Rampi dan Bandara Andi Djemma Masamba di Ibukota Kabupaten Lutra, untuk
jalur udara pesawat terbang yang melayani rute Masamba – Rampi maupun rute Rampi
– Masamba.
Hanya
saja warga Kecamatan Rampi masih kebanyakan belum mampu membeli tiket maskapai
penerbangan pesawat yang melayani rute tersebut, karena harga tiket masih
sangat mahal dan diluar jangkauan ekonomi masyarakat setempat.
Juga
terkadang masyarakat setempat masih kesulitan mendapatkan tiket pesawat jika
mereka hendak menggunakan jasa maskapai penerbangan yang ada. Apa lagi mencarter
pesawat terbang dengan biaya yang mencapai puluhan juta rupiah untuk mengangkut
jenazah.
BACA JUGA : Jarang Hadir di Sekolah, Warga Soroti Kepala SDN 110 Bangko di Kecamatan Rampi Kabupaten Lutra
Akibatnya
jenazah warga pelosok desa yang jauh tersuruk di wilayah pegunungan Kabupaten
Lutra ini, harus dibawah dari RSUD Andi Djemma Masamba menggunakan mobil
ambulance menuju Kecamatan Rampi melalui jalan darat yang memutar ratusan
kilometer ke Desa Bada’ Ngkaia, Kecamatan Lero Selatan,Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah (Sulteng).
Mobil
ambulance yang membawa jenazah almarhuma Renti Wuhi dari RSUD Andi Djemma
Masamba, melalui rute panjang Jalan Trans Sulawesi dari Masamba Ibukota
Kabupaten Lutra Provinsi Sulsel melalui Kecamatan Wotu dan Mangkutana Kabupaten
Luwu Timur – Sulsel, masuk wilayah Kecamatan Pendolo dan Tentena Kabupaten Poso
– Sulteng menuju Desa Bada’ Ngkaia, Kecamatan Lero Selatan, Kabupaten Poso –
Sulteng.
Jalur
ini menjadi pilihan alternatif bagi warga Kecamatan Rampi untuk memikul tandu
jenazah almarhuma Renti Wuhi karena jarak antara Desa Bada’ Ngkaia menuju Desa
Tedeboe, Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra, hanya sekitar 60 Km yang bisa
ditempuh dengan waktu selama sehari penuh berjalan kaki.
Jaraknya
ini lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak antara Kecamatan Masamba Ibukota
Kabupaten Lutra menuju Kecamatan Rampi, jika melalui jalan darat melintasi Desa
Pincara, Kecamatan Masamba dengan jarak sekitar 90 Km.
Meski
medan kedua jalan tersebut (Desa Pincara Kecamatan Masamba dan Desa Bada’
Ngkaia Kecamatan Lero Selatan) sama-sama extrim dengan tanjakan dan penurunan
terjal yang disertai dengan gundukan-gundukan batu dan kubangan lumpur di
kawasan hutan belantara.
Jenazah
almarhuma Renti Wuhi yang dibawah menggunakan mobil ambulance dari RSUD Andi
Djemma Masamba Kabupaten Lutra, Sulsel pada Kamis (7/2/2019) sore sekitar pukul
18.30 WITA, tiba di Desa Bada’ Ngkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso,
Sulteng, setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer selama 10 jam. Ambulance
yang memboyong jenazah almarhum tiba di Desa Bada’ Ngkaia pada Jumat (8/2/2019)
dini hari sekitar pukul 04.00 WITA.
Dari
Desa Bada’ Ngkaia, jenazah almarhuma istri, Helon Towimba dipikul dengan tandu
oleh sanak keluarganya menuju kampung halamannya di Kecamatan Rampi, melalui daerah
pegunangan dan perbukitan kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan wilayah hutan
milik masyarakat Adat Bada’, serta melalui kawasan hutan belantara pada Jumat
(8/2/2019) pagi sekitar pukul 06.00 WITA.
Para
keluarga almarhuma yang memikul jenazah Renti Wuhi, berhasil memasuki wilayah
Desa Dodolo, Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra, setelah menempuh perjalanan sejauh
40 Km selama 11 jam lamanya. Mereka tiba di Desa Dodolo, Jumat (8/2/2019) sore
sekitar pukul 17.00 WITA.
Saat
tiba di Desa Dodolo Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra, para rombongan keluarga
almarhuma yang memikul jenazah, istrahat sejenak kemudian melanjutkan
perjalanan kerumah duka yang masih berjarak sekitar 20 Km dari Desa Dodolo
menuju Desa Tedeboe.
Jenazah
almarhuma Renti Wihu baru dapat disemayamkan di rumah kediamannya pada waktu jelang
tengah malam. Jenazahnya tiba di rumah duka pada Jumat (8/2/2019) malam sekitar
pukul 22.30 WITA di Desa Tedeboe, Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra.
Kisah
pilu yang dialami oleh warga dari wilayah terpencil tersebut, membuat para
aktivis mengkritisi Pemkab Lutra, karena dinilai kurang peduli terhadap
masyarakat di Kecamatan Rampi.
Seperti
yang diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Rampi
(PB IPMR), Bangsi Bati’.
Menurutnya,
penyebab utama terjadinya peristiwa miris ini karena tidak adanya akses jalan
penghubung antara Kecamatan Rampi dengan Kecamatan Masamba Ibukota Kabupaten
Lutra, yang dibangun oleh pemerintah.
“Faktor
utama dibalik pemikulan jenazah almarhuma Renti Wuhi yang ditandu sejauh 60 Km dari
Desa Bada’ Ngkaia, menuju Desa Tedeboe Kecamatan Rampi adalah kurangnya
kepedulian Pemkab Lutra untuk segera membuka akses jalan kedaerah kami (Rampi) yang
terisolir,” kata Bangsi Bati’ kepada sejumlah jurnalis pada sebuah Warkop di
Kota Palopo, Senin (11/2/2019) sore.
Selain
itu, mahasiswa Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) tersebut menegaskan, bahwa faktor lainnya juga disebabkan kurangnya
sarana dan prasarana, serta fasilitas kesehatan yang tersedia di Puskesmas Kecamatan
Rampi.
“Karena
di Puskesmas Kecamatan Rampi, serba kekurangan maka banyak pasien yang berobat
di sana terpaksa dirujuk ke RSUD Andi Djemma Masamba di Ibukota Kabupaten
Lutra,” tegas Bangsi Bati’.
Ketua
Umum PB IPMR tersebut menambahkan, kalau Pemkab Lutra peduli dengan nasib
masyarakatnya yang berada di wilayah terpencil seperti di Kecamatan Rampi, mestinya
pemerintah sudah lama membangun Puskesmas Plus di daerah tersebut.
“Sebab
di Puskesmas Plus wajib tersedia sarana dan prasarana, serta fasilitas
kesehatan yang memadai. Termasuk adanya tenaga medis yang cukup, seperti
dokter-dokter ahli, baik ahli penyakit dalam maupun ahli bedah, termasuk dokter
anak dan dokter gigi,” sebutnya.
Lebih
lanjut, Bangsi Bati menuturkan, kalau jenazah almarhum Renti Wuhi terpaksa
harus dipikul puluhan kilo meter dari Sulteng menuju Desa Tedeboe, Kecamatan
Rampi karena keluarga almarhuma tidak mampu membayar biaya jasa maskapai
penerbangan yang jumlahnya mencapai hingga puluhan juta.
“Kasihan
keluarga almarhuma yang tidak mampu membayar biaya pesawat terbang untuk mengangkut jenazah Ibu Renti Wuhi. Sehingga
pilihannya harus, berjalan kaki memikul jenazah dengan tandu kalaupun harus berjalan
kaki hingga 60 Km melalui jalur dari Sulteng. Karena pengalaman sebelumnya, ketika
ada warga Rampi yang meninggal dunia di RSUD Andi Djemma Masamba. Saat hendak
menggunakan jasa pesawat terbang untuk membawah jenazah ke Rampi, keluarga dimintai
uang tunai sebanyak Rp 50 juta,” ungkapnya dengan radah sedih.
Dalam
kesempatan ini, Bangsi Bati’ juga menyatakan, Keluarga Besar IPMR turut berduka
cita atas meninggalnya almarhuma Renti Wuhi.
“Semoga
amal dan ibadah almarhuma dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Kiranya
pula segenap keluarga yang ditinggalkan senantiasa mendapatkan penghiburan sejati
dari Allah Bapa di Sorga. Amin,” ujarnya.
BACA JUGA : Jelang Akhir Masa Jabatan Kepemimpinan Bupati dan Wabup Luwu Menuai Musibah dan Masalah?
Hal
senada juga diungkapkan oleh Ketua Dewan Pengurus Cabang Serikat Rakyat Miskin
Demokratik (DPC SRMD) Palopo, Melki Saperdi.
Aktivis
SRMD tersebut mengungkapkan, seharus Pemkab Lutra jangan hanya diam dan terus menutup
mata dengan kondisi pahit yang dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Rampi.
“Supaya
jumlah jenazah masyarakat Rampi, tidak semakin banyak yang ditandu dengan berjalan
kaki sejauh 60 Km melalui jalur Sulteng, maka Pemkab Lutra harus segera
membangun akses jalan darat yang dapat menghubungkan Kecamatan Rampi dengan
Kecamatan Masamba Ibukota Kabupaten Lutra,” ungkapnya.
Alumni
UNCP Fakultas FKIP Jurusan PPKN ini menambahkan, bahwa jika akses jalan dari
Ibukota Kabupaten Lutra sudah tembus ke Rampi, maka deretan catatan nilai-nilai
kemanusiaan yang menyayat hati dapat berkurang.
“Sebab
kalau sudah ada jalan darat yang menghubungkan Ibukota Kabupaten Lutra dengan
daerah Rampi, maka kendaraan roda empat, termasuk mobil ambulance sudah bisa
naik ke Rampi. Sehingga warga Rampi tidak lagi harus berjalan kaki puluhan
kilometer, apa lagi memikul tandu jenazah,” tambah Melki Saperdi.
Peningkatan
pendapatan dan kesejataraan masyarakat, kata Melki Saperdi bisa digenjot dan
diakselerasi jika akses jalannya sudah dibangun secara memadai.
“Sebab
kata para tetuah, akses jalan dan sarana transportasi adalah salah satu urat
nadi perekonomian bangsa. Sehingga kalau Pemkab Lutra mau mensejaterakan masyarakat
Rampi, maka sebaiknya segera fasilitasi mereka dengan akses jalan yang memadai.
Jadi pembangunan infrastruktur jalan dari Kecamatan Masamba Ibukota Kabupaten Lutra,
menuju Kecamatan Rampi harus menjadi skala prioritas Pemkab Lutra,” harapnya.
Kendati
demikian, para aktivis yang vokal menyoroti Pemkab Lutra terkait peristiwa
memilukan tersebut, juga mengapresiasi Camat Rampi, Suryadi Djafar atas
bantuannya memfasilitasi mobil ambulance untuk membawa jenazah almarhuma Renti
Wuhi ke Desa Bada’ Ngkaia, Kecamatan Lero, Kabupaten Poso, Sulteng.
Padahal,
Suryadi Djafar adalah pejabat eselon III lingkup Pemkab Lutra yang baru sekitar
lima minggu dilantik sebagai camat di wilayah Kecamatan Rampi.
Baru
kali ini, ada pejabat di Lutra yang mau membantu dengan memfasilitasi mobil
ambulance untuk membawa jenazah warga Rampi ke Sulteng. Sebelumnya, seluruh biaya
ambulance ditanggung sendiri oleh keluarga yang berduka.
Untuk
diketahui, almarhuma Renti Wuhi sebelumnya dirawat di Puskesmas Kecamatan Rampi
selama tiga hari, ia diduga keracunan obat kadaluarsa yang dikomsumsinya.
Karena keterbatasan fasilitas medis, maka Renti Wuhi terpaksa dirujuk ke RSUD
Andi Djemma Masamba di Ibukota Kabupaten Lutra, Rabu (30/1/2019).
Pasien
asal Desa Tedeboe, Kecamatan Rampi, Kabupaten Lutra ini, menghembuskan nafas
terakhirnya di RSUD Andi Djemma Masamba, Kamis, (7/2/2019) siang sekitar pukul
11.30 WITA.
Penulis : William Marthom
Editor : Zottok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar