![]() |
Sejumlah milisi kelompok ISIS memegang senjata api jenis pistol di sebuah wilayah Suriah yang dikuasai ISIS. [Foto : Int] |
SURIAH, Tabloid SAR – Puluhan
Warga Negara Indonesia (WNI) ditemukan berbaur diantara ribuan eks milisi
kelompok Islamic in Iraq Syria ISIS berkebangsaan asing di kamp pengungsian
yang berada di Al-Hol, Suriah Timur.
Mereka
yang mengaku WNI tersebut, banyak diantaranya adalah kaum perempuan bersama anak-anaknya
yang masih berusia dini.
WNI
di kamp pengungsian itu, mengaku ingin kembali ke Indonesia yang merupakan negara
asal mereka, setelah ISIS berhasil dikalahkan oleh Pasukan Demokratis Suriah
atau SDF dalam sejumlah rentetan pertempuran selama lima tahun terakhir.
Keinginan
para WNI yang ingin kembali ke Indonesia tersebut, menyusul setelah Kota Baghuz
yang merupakan basis pertahanan terakhir para milisi ISIS, berhasil direbut
oleh SDF pimpinan suku Kurdi.
Terkait
hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI), melalui
juru bicaranya angkat bicara.
Menurut,
Juru Bicara (Jubir) Kemenlu RI, Armanatha Nasir, terlebih dahulu Kemenlu harus
memastikan dan memverikasi orang-orang yang mengaku sebagai WNI dan ingin
pulang ke Indonesia.
“WNI
yang menyebut pernah bergabung dengan ISIS di Suriah dan menyatakan ingin
pulang ke Indonesia itu, terlebih dahulu harus diverifikasi. Karena untuk
memulangkan WNI yang pernah bergabung dengan milisi ISIS di Suriah, butuh
proses panjang dan memakan waktu lama,” kata Armanatha dalam jumpa persnya di
Jakarta, Kamis (28/03/2019).
Ia
menuturkan bahwa hal itu, seperti pengalaman Kemenlu, ketika memproses
pemulangan kembali 17 WNI dari Suriah pada tahun 2017 lalu.
“Proses
verifikasinya membutuhkan waktu panjang dan cukup lama,” tutur Armanatha.
Selain
itu, kata Armanatha yang paling penting untuk diverifikasi pada tahap awal
adalah apakah mereka benar-benar WNI.
“Setelah
itu, ada tahap selanjutnya, yakni melihat situasi dan keadaan mereka, terkait
kondisi psikologisnya, radikalisme mereka dan sebagainya. Hal itu harus terus
kita kawal, sampai nanti ada keputusan, bagaimana cara kita bisa membantu
mereka,” jelasnya.
Kendati
demikian, Kemenlu belum bisa memastikan kapan tahap-tahap tersebut bisa
dilakukan.
“Yang
pasti dalam urusan ini, kita akan melibatkan pihak Imigrasi, kepolisian dan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), hingga keluarga mereka di
Indonesia,” terang Armanatha.
Lebih
lanjut, Jubir Kemenlu tersebut mengungkapkan bahwa, sebagian besar WNI yang
pergi ke Suriah, tidak memiliki dokumen yang sah.
“Sementara
kita tidak bisa bilang kalau mereka tidak punya dokumen yang sah, adalah warga
dari negara tertentu,” ungkap Armanatha.
Meski
demikian, Kemenlu akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, karena ada sejumlah
faktor yang menurutnya menyulitkan pemerintah Indonesia untuk mengkroschek dan
melakukan verifikasi terhadap orang-orang yang diduga WNI di Suriah. Sebab kondisi
Suriah yang hancur lebur.
“Akses
ke mereka pun sangat sulit, karena mereka tidak berada di Kota Damaskus. Kalau
WNI yang ada di Damaskus, sedikit agak lebih gampang untuk diakses,” ucap Armanatha.
Jubir
Kemenlu ini menegaskan bahwa, secara umum pendataan jumlah WNI di Suriah sangat
sulit dilakukan, karena semua yang berangkat ke Suriah dan bergabung dengan
milisi ISIS, tidak melapor secara resmi kepada pemerintah Indonesia.
“Sehingga
kalau saya ditanya berapa jumlah WNI di Suriah yang tidak melapor diri, yaa
jawabnya tentu tidak tahu, karena memang kalau mereka tidak melapor diri maka
Kemenlu tidak punya data mereka,” tegasnya.
Untuk
diketahui, sebelumnya BBC News Indonesia telah berbicara dengan seorang
wartawan lepas di Suriah, Afshin Ismaeli.
Afshin
mengaku telah bertemu dengan sejumlah WNI di kamp pengungsian di Al-Hol, Suriah
Timur.
Salah
satunya adalah seorang wanita yang mengaku bernama Maryam, ia mengaku berasal
dari Bandung Jawa Barat dan menyatakan ingin pulang ke Indonesia.
“Saya
dengan keempat anak saya telah berhasil keluar dari Kota Baghuz. Kami ingin
pulang ke negara asal kami, Indonesia,” kata Maryam dalam rekaman video yang
dibuat Afshin.
Diketahui
pula, Kota Baghuz adalah kantong pertahanan terakhir kelompok ISIS yang
berhasil direbut oleh Pasukan Demokratis Suriah atau SDF pimpinan suku Kurdi.
Afshin
menerangkan bahwa, kondisi di kamp pengungsian Al-Hol, Suriah Timur itu sangat
buruk dan memprihatinkan.
“Tidak
cukup untuk menampung ribuan orang, tidak ada bantuan. Ada yang membagi makanan
tapi tak cukup untuk semua. Sejumlah pengungsi di tempat itu, telah
bertahun-tahun berada di sana,” terangnya.
Editor : William
Marthom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar